“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah, bahwa mereka (tidak) akan memberi
(bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang
yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. an-Nur [24]: 22)
Pertama, dapat menyelesaikan perselisihan atau
perseteruan. Perselisihan atau perseteruan mungkin timbul lantaran ada
pihak yang melakukan perbuatan aniaya dan pihak lain merasa teraniaya.
Jika pihak yang bersalah tidak mau meminta maaf, dan pihak yang merasa
teraniaya juga enggan memaafkannya, maka perselisihan tersebut akan
sulit diselesaikan.
Tetapi dengan adanya sifat pemaaf niscaya
perselisihan dan perseteruan tersebut dapat didamaikan.
Kedua, dapat menghilangkan rasa benci, dengki dan
dendam. Benci, dengki dan dendam mungkin timbul karena suatu perseteruan
yang belum bisa diselesaikan, lalu mendorong pihak-pihak yang berseteru
untuk melakukan balas dendam, mencederai dan menghancurkan pihak lawan.
Jika masing-masing pihak berlapangdada serta dengan tulus mau berdamai
dan saling memaafkan, Insya Allah rasa benci, dendam dan dengki tersebut
akan bisa dihilangkan.
Ketiga, dapat menyambung
silaturrahim yang telah putus. Dua orang bersaudara atau bertetangga,
bisa jadi terganggu komunikasinya sehingga bertahun-tahun tidak saling
bertegur-sapa. Padahal, pemicunya mungkin sepele, katakanlah gara-gara
masalah anak. Namun karena keduanya merasa berada di pihak yang benar
dan tidak ada yang mau mengalah, akibatnya silaturrahim antara keduanya
menjadi terputus.
Keempat, dapat memperkokoh ukhuwah Islamiyah
(persatuan dan kesatuan umat). Di dalam kehidupan umat Islam banyak
terjadi perbedaan faham dan pendapat, baik di bidang fikih maupun
bidang-bidang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut kadang sampai
menimbulkan konflik dan benturan yang cukup keras. Maka, bila setiap
Muslim bersikap pemaaf terhadap saudaranya, berlapang dada dan saling
menghormati pendapat yang berbeda tersebut, insya Allah persatuan dan
kesatuan umat akan bisa diperkokoh.
Kelima, pemaaf itu dapat menghilangkan rasa
permusuhan dan memperbanyak teman. Islam melarang permusuhan
antarsesama. Sebaliknya, Islam sangat menganjurkan membangun
persahabatan sebanyak mungkin. Untuk itulah Islam menganjurkan sifat
pemaaf dan ketulusan hati kepada para pemeluknya, karena sifat pemaaf
yang tulus itu akan menghilangkan sifat benci dan dendam, menghilangkan
rasa permusuhan dan mempersubur persahabatan.
Keenam, melahirkan sifat tawadu’, menghilangkan
sifat sombong dan angkuh. Sifat sombong dan angkuh dapat timbul pada
diri seseorang, karena ia merasa lebih dari yang lain, paling baik,
paling benar dan paling mampu dalam segala hal. Sifat-sifat ini sering
membuat orang enggan meminta maaf, karena ia merasa tidak pernah
bersalah, sehingga ia gengsi untuk meminta maaf, bahkan meminta maaf
dianggapnya identik dengan kerendahan diri.
Ketujuh, dapat menghapus dosa dan memudahkan jalan
ke surga. Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang dan tidak akan
memasukkannya ke surga sebelum orang tersebut terlebih dulu
menyelesaikan urusannya di dunia, sangkut pautnya dengan orang lain
sehingga mereka berdamai dan saling memaafkan.
Kedelapan, menjadikan hati tenang-tenteram. Dosa
adalah sesuatu yang membuat pelakunya gelisah, tidak tenang. Apalagi
kalau dia telah menyadari betul bahwa perbuatannya itu tidak benar, maka
bisa dipastikan, maka hidupnya tidak akan pernah merasa tenang, setiap
hari dihantui oleh rasa bersalah atau berdosa. Jika dia telah meminta
maaf, dan kesalahannya dimaafkan oleh orang lain, barulah hatinya akan
tenang.
Kesembilan, sifat pemaaf itu akan melahirkan pemaaf
juga. Ada orang yang ingin semua kesalahannya dimaafkan oleh orang lain,
sementara dia sendiri enggan memaafkan kesalahan orang lain. Tentu
orang lain akan sulit menerima hal itu. Jika kesalahan kita ingin
dimaafkan oleh orang lain, maka terlebih dahulu maafkanlah
kesalahan-kesalahan orang lain, niscaya orang lain akan memaafkan
kesalahan kita.
Kesepuluh, sifat pemaaf itu merupakan bagian dari
strategi dakwah yang jitu. Kaum kafir Quraisy demikian dahsyat memusuhi
Nabi Muhammad dan umat Islam. Umat Islam di masa itu, selalu diganggu,
disiksa bahkan dibunuh. Tetapi, ketika kaum Muslimin berhasil menguasai
Makkah dan Jazirah Arab, Nabi Muhammad SAW segera memaklumkan amnesty
umum, memaafkan semua kesalahan semua orang kafir Quraisy. Tindakan Nabi
itu, ternyata membuat mereka tersentuh dan terharu, sehingga kemudian
mereka berbondong-bondong masuk Islam.
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”, QS. Al-A’raf 7:199. “Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai keuntungan yang besar”, QS. Al-Fushilat 41:35
sumber : http://eepinside.com/?p=2284
10 Keutamaan Sifat Pemaaf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar